dinsdag 17 april 2012

Balada Mantu Mertua

Boleh dibilang, aku punya menantu yang paling baik sedunia. Mereka sudah ku anggap sebagai orang tua sendiri.

Terlebih lagi kami tinggal di sebelah mereka, di tanah mereka. Jadilah mereka benar-benar bagai orang tuaku sendiri di Indonesia yang juga tinggal di sebelah. Hanya lima langkah dari pintu masuk rumah.

Sekarang dengan adanya Hayley makin dekatlah hubungan mantu mertua ini, atau nenek kakek anak dan cucu. Sama juga seperti hubungan anak dan orang tua, hubungan mantu dan mertua pun kadang punya kerikil. Kita juga pernah kan kesal sama orang tua sendiri.

Walau aku jarang kesal sama mertuaku sendiri karena seringnya aku berpikir, mereka sudah tua dan lebih lemah dari ibuku sendiri yang masih perkasa, kemarin tak bisa ku tahan lagi.

Sepulang kantor aku jemput Hayley di oma opa. Senang sekali lihat Hayley yang sedang sibuk merangkak, berhenti di dekat pintu kaca teras, melihat keluar, berbicara bra bra bra bra, sambil menunggu mama pulang.
Ketika dia melihatku, dia langsung antusias berteriak teriak dan merangkak ke arahku. Mami!!!!!!

Kuangkat dia dari lantai dan apa yang ku lihat? lengan bajunya yang putih sudah abu-abu hitam! Ya ampuun!!Dua set baju cadangan yang sudah disiapkan dalam tas dikemanain sih? Entah ini budaya Belanda atau memang mereka saja yang malas! Mereka sering bilang, Hayley harus belajar membangun daya tahan tubuh, jadi jangan terlalu dimanja dengan segala macam pola kebersihan yang berlebihan. Ya, tapi... itu baju sudah hitam! dan Hayley masih mengisap jempol!Kukunya pun sudah coklat keruh.Yah, geen wonder dia sakit pilek terus! Virus dan bakteri ngga pernah keluar dari badannya!

Sayang aku tak sempat ambil foto betapa kotornya lengan baju anakku itu. Emosi saya sebenarnya memanas, tapi ku tahan... sabaaar, ini orang tua yang lebih lemah dari ibuku sendiri... sabaar. Sambil bertanya apa saja yang terjadi seharian itu bersama Hayley, aku mencium bau popok yang menusuk, dan seperti biasa mereka selalu bilang; "oh, baru saja diganti popoknya kog, memang poop tadi, jadi diganti popok, kira-kira sejam lalu." Aku membalas dengan, "Yah, tapi ini poop lagi sepertinya, bau soalnya." Mereka membalas; "Oh masa sih, baru sejam yang lalu kog dibersihin." Yah, HALLO???Ini bayi! ya bisa saja dong sejam yang lalu dibersihkan, sejam kemudian poop lagi. Alasan mereka adalah tidak mencium baunya, padahal itu bau bisa tercium dari jarak 10 meter!Karena sudah kepalang kesal, aku bergegas bawa Hayley pulang, karena dia juga ingin minum kelihatannya.

Dirumah sehabis memberi susu, aku langsung ganti popok, benar saja kan poop lagi. Kasian sekali lihat anakku kemarin, kumal, bau poop, baju dan tangan kotor, hidung ingusan, ngga ada satu pun yang dibersihkan sama opa omanya.

Bingung! Sangat bingung. Apa aku yang memang berlebihan atau mereka yang terlalu malas?
Kita saja kalau baju kita kotor habis main bola di lumpur atau keciprat sambal sampe merah atau kena apalah yang sampai buat baju jadi kumal dan kotor, pasti ganti baju kan? Kita saja lakukan itu, yang sistem imunnya sudah komplit. Nah, ini anak bayi 10 bulan? Masih harus membangun sistem kekebalan tubuh, tapi dicekokin dengan kotoraaan terus, kapan dia bisa sehari dua hari hidup sehat tanpa hidung ingusan dan batuk berdahak???

Di rumah aku menetapkan aturan, semua harus buka sepatu. Dalam rumah tidak ada yang boleh pake sepatu. Sepatu itu dari luar, dari mana-mana, kotor, kita ngga tahu apa yang sudah kita injak, kotoran binatang lah, air liur manusia dan binatang lah, pokoknya penyakit! Harold juga sependapat, dia memang dari dulu terbiasa nyeker dalam rumah. Cuma orang Eropa ini susah sekali dikasih tahu. Kaki itu bagaikan kepala kalau dibudaya timur. Harus dilindungi dan dihormati. Selain itu karena iklim yang dingin, penggunaan sepatu memang sudah berakar beribu-ribu tahun. Tapi sekarang sudah abad ke-21, dalam rumah bisa pakai sandal rumah, kaus kaki lantai bisa pakai penghangat di bawah tanah, jadi lantai hangat... tapi tetap saja pakai sepatu dalam rumah. Yah lantainya ya kotor terus setiap hari. Ok saja sih kalau tidak punya bayi. Tapi ini ada bayi yang sedang keganjrungan merangkak!

Aku tidak minta mereka mengepel lantai mereka tiap kali Hayley dititipkan di mereka. Aku cuma minta tolong diperhatikan hal-hal yang kecil-kecil, macam ganti baju. Makanya aku sering kasih beberapa set baju dalam tas Hayley, yah untuk apalagi selain untuk ganti baju. Masa tiap kali harus dikasih instruksi sih, kalau ga dikasih instruksi ngga dikerjakan. Kaya anak kecil saja! Masa ngga bisa pakai logika sendiri, "oh itu lengan baju udah kotor, ada baju ga ya di dalam tas, ooh ada, ok ganti baju deh."

Kalau Hayley dititipkan dikakakku atau ibuku di Jakarta bakal justru kebalikannya. Dikit-dikit ganti baju, basah dikit ganti baju, karena takut nanti masuk anginlah, kuman lah... Kalau di Belanda, biar sudah sampai kumal kaya abis masuk lumpur pun dibiarkan saja.

Sekali lagi aku bertanya, apakah aku orang tua yang terlalu berlebihan khawatirnya atau mereka yang malas dan jorok?


Geen opmerkingen:

Een reactie posten